Sanga-Sanga merupakan sebuah kecamatan yang terletak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kecamatan Sanga-Sanga memiliki luas wilayah mencapai 233,4 km2 yang dibagi dalam 5 kelurahan.
Sementara jumlah penduduk kecamatan ini mencapai 11.855 jiwa (2005)Kecamatan ini merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi yang sangat penting di Kalimantan Timur sejak sumur minyak Louise untuk pertama kalinya mulai berproduksi pada tahun 1897, disamping sumur minyak Mathilde yang ada di Balikpapan.Perjuangan melawan penjajah pertama di Sanga-Sanga dikenal dengan Perlawanan Samseng pada tahun 1926 oleh etnis Tionghoa yang marah kepada pihak Belanda karena tidak memberikan bahan bakar minyak untuk diperdagangkan kepada pedagang asal China itu.Sanga-Sanga juga terkenal dengan sebuah peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 ketika para pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) bahu membahu bersama rakyat mempertahankan Sanga-Sanga dari gempuran Belanda, meski akhirnya korban banyak berjatuhan dari pihak pejuang dan rakyat Sanga-Sanga.Untuk mengenang peristiwa yang disebut sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga.ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bersama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara selalu menggelar upacara peringatan peristiwa tersebut setiap tanggal 27 Januari.Sanga-Sanga juga merupakan kecamatan pertama yang berdiri secara administratif di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatra pada tahun 1949 dengan camat pertamanya adalah Awang Ishak, ayah dari gubernur Kaltim yang saat ini sedang menjabat, Awang Faroek Ishak.
Pembagian administratif
Kecamatan Sanga-Sanga dibagi menjadi 5 kelurahan, antara lain:
Sanga-Sanga Muara
Sarijaya
Sanga-Sanga Dalam
Jawa
Pendingin
Objek wisata
Sebagai kawasan bersejarah, Sanga-Sanga memiliki banyak objek wisata bersejarah dan tempat-tempat penting.
Museum Perjuangan Merah Putih
Musium ini diresmikan bertepatan dengan acara ramah tamah dengan para veteran. Didalamnya terdapat diorama yang menggambarkan perjuangan para penjajah, beberapa peralatan perang yang digunakan, berbagai informasi tentang nama pejuang, gedung dan peralatan yang disita dari penjajah dan foto-foto para tokoh dan pejuang Sanga-Sanga.
Tugu Habib Abdul Mutholib
Di areal belakang tugu ini, dulu adalah semacam pondok pesantren dipimpin H. Muthalib. Disamping mengumpulkan pemuda untuk belajar agama, H. Muthalib bersama para pejuang Sanga-Sanga lainnya aktif melakukan perlawanan dengan kolonial Belanda. Diriwayatkan bahwa H. Muthalib rela berkorban, sebagai salah satu tokoh pejuang, agar kolonial Belanda tidak mengejar-ngejar para pejuang Sanga-Sanga lainnya.
Monumen batu kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jl.Masjid
Tugu Kerukunan Umat Beragama yang terletak di sebuah bukit di Jl.Abdul Muthalib
Di belakang tugu ini, dulunya ada kelenteng. Seorang tokoh keturunan Tionghoa, Lom bo ching, konon rajin mengumpulkan para tokoh agama/antar etnis untuk bermusyawarah di tempat ini..Tugu ini menandai bahwa kerukunan antar etnis sudah terbangun sejak dulu di Sanga-Sanga.
Tugu Monumen Perjuangan Merah Putih
Tugu Pembantaian di Jl.Bakaran
Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah
Eks Penjara Kolonial Belanda
Terima kasih telah membaca artikel ini
sumber artikel diambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sanga-Sanga,_Kutai_Kartanegara
Comments